BUKU
Puisi Perlawanan dari Pesantren : Nazam Tarekat karya K.H. Ahmad ar-Rifai Kalisalak
Sejarah Islam Nusantara sangat luas. Ada banyak tokoh, gerakan atau peristiwa keislaman di Nusantara di abad-abad sebelum kemerdekaan Indonesia yang selama ini tidak diketahui dan dipahami masyarakat. Kali ini Madina menurunkan tulisan berseri dari Muhammad Husnil tentang K.H. Ahmad Rifai, seorang kyai di Jawa Tengah pada abad 19 yang melawan kejahatan Belanda dan kemunafikan priyai dan penghulu melalui tarikat.
Setelah “memenangi” Perang Jawa pada 1830, kekuatan Pemerintah Belanda tak terbendung lagi. Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, M.C. Ricklefs, Guru Besar Sejarah Asia Tenggara Universitas Nasional Singapura, menyebut periode ini sebagai babak baru penjajahan Belanda atas tanah Jawa. Demi mengamankan posisinya, Pemerintah Belanda meletakkan semua struktur kekuatan di Jawa ke bawah ketiaknya.
Meski cuma lima tahun, Perang Jawa hampir menguras semua kas negara. Terancam bangkrut, pada 1830 pula Pemerintah Belanda menerapkan kebijakan cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa. Kebijakan ini mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor, terutama kopi, tebu, dan nila.
Dalam disertasinya, Nazam Tarekat Karya K.H. Ahmad Rifai Kalisalak; Kajian Tekstual dan Kontekstual Sastra Pesantren Awal Abad ke-19, Adib Misbachul Islam, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menengarai bahwa kondisi inilah, di antaranya, yang membuat K.H. Ahmad Rifai membenci Pemerintah Belanda. Lahir pada 13 November 1786 M di desa Tempuran, Kendal, Jawa Tengah, ia berusia 40-an dan sudah menjadi seorang kyai ketika Sistem Tanam Paksa diterapkan. Dalam beberapa literatur, ia dikenal juga dengan nama Ahmad Ripangi atau Ahmad ar-Rifai.
Dalam pandangannya, Belanda adalah pemerintahan kafir yang sengaja ingin merusak moral dan agama masyarakat Jawa. Mereka juga zalim karena memeras tenaga rakyat untuk kepentingan mereka. Sementara itu kalangan priyai dan penghulu yang semestinya membela kepentingan rakyat malah menjadi ekor bebek bangsa Eropa. Menanggapi kondisi semrawut begini, ia menyarankan untuk tak bergaul dengan Belanda dan kaki tangannya. Dalam Tarekat, salah satu karangannya, ia menulis:
Dalam buku ini berisi 5 bagian besar bagian pertama pendahuluan biografi KH. Ahmad Rifai Kalisalak, bagian kedua KH. Ahmad Rifai Kalisalak dan kitab tarjumah, bagian ketiga Nazam taraket, bagian keempat tentang Teks dan Terjemahan dan bagian kelima penutup.
16TD160677.00 | TD 2X6.71 ISL p | My Library (lantai 2, Tandon) | Tersedia |
16SR160677.01 | SR 2X6.71 ISL p C.1 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
24SR240315.02 | SR 2X6.71 ISL p C.2 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain