SKRIPSI IAT
Etika Menasehati Orang Tua dalam Al-Qura'an ( Perspektif Tafsir Al-Azhar Dan Tafsir AL-Misbah Al-Qur'an Surat Maryam Ayat 41-45 )
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw yang dijadikan pedoman hidup umat manusia agar selamat baik di dunia maupun di akhirat seringkali dalam memberikan hikmah, hidayah dan pelajaran, dapat ditemukan menggunakan metode kisah. Orang tua adalah manusia yang diciptakan oleh Allah swt. menjadi guru pertama seorang anak. Dalam Islam kedudukan orang tua mendapatkan posisi yang khusus karena pengorbanananya dalam mendidik anak, maka dari itu sikap seorang anak kepada orang tua selayaknya untuk berbakti dan mematuhi perintah-perintahnya sebagai wujud apresiatif atas jasanya hingga anak tersebut dapat tumbuh besar. Terdapat salah satu ayat dalam Surat maryam ayat 41-45 yang mengisahkan percakapan anak dengan orang tuanya, dalam hal ini Nabi Ibrahim as. dengan seseorang yang bernama ‘Azar yang didalamnya terkandung pesan tersirat mengenai etika menasehati orang tua. Etika sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
Dalam skripsi ini, penulis mencoba menggambarkan etika menasehati kepada orang tua dari perpektif tafsir yang ditulis oleh Prof. Hamka yaitu tafsir al-Azhar sebuah kitab tafsir yang ditulis di era orde lama dengan membandingkan dengan tafsir yang ditulis oleh Prof. Quraish Shihab yaitu tafsir Al-Mishbah yang ditulis diera orde baru dan era reformasi. Dengan menggunakan analisa teori tindak tutur (Speech act) yang memaparkan bagaimana etika yang benar dan sesuai dengan al-Qur’an ketika ingin menasehati orang tua. Dengan menggunakan sumber primer dari data penafsiran kedua kitab tafsir tersebut, serta menambahkan referensi dari berbagai buku yang mendukung pembahasan tersebut.
Penelitian ini membataskan diri pada surat maryam ayat 41-45 dengan pokok permasalahan yaitu bagaimana bentuk penafsiran dari kedua kitab tafsir tersebut. Kemudian mencarikan persamaan dan perbedaan yang ada, serta merelevansikan isi kandungan tafsir tersebut dengan fenomena sekarang ini karena memang tujuan dari penelitian ini selain memberikan kontribusi kepada khazanah keislaman mengenai cara menasehati orang tua, juga untuk memberikan satu konsep tertentu mengenai etika menasehati kepada orang tua.
Perlu diingat penelitian ini dari panafsiran kedua kitab tafsir telah mengungkapkan bahwa seseorang haruslah menggunakan bahasa santun, sopan, penuh kelembutan dan tidak menyinggung perasaan orang yang dinasihati serta harus ada kesadaran rasa penuh kekhawatiran. Selain itu kita juga perlu menjelaskan alasan tentang perkara yang kita nasihati, baik itu manfaat maupun madharat jika dilakukan. Dan yang terakhir adalah memasrahkan diri kepada Allah SWT dengan harapan semoga akan diturunkan hidayah kepada orang yang tidak mempercayai itu. Adapun persamaan dari keduanya dalam penafsiran surat Maryam ayat 41-45 adalah penggunaan bahasa yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim kepada lafadz abihi yang diutarakan secara penuh kelembutan dan rasa perhatian serta kekhawatiran anaknya kepada ayahnya, sedangkan perbedaan dalam penafsirannya adalah ketika menjelaskan makna abihi, tafsir Al-Mishbah memaknai dengan arti pamannya, sedangkan tafsir Al-Azhar memaknainya dengan arti ayahnya. Sedangkan relevansinya seseorang yang ingin memberikan nasihat haruslah menggunakan etika tersendiri ketika menghadapi seseorang, utamanya kepada orang tua. Hal ini semua dilakukan agar kita tidak menjadi bagian orang yang dilaknat oleh Allah SWT karena berani membangkang kepada orang tua.
20SK2031014.00 | SK IAT 20.014 BAS e | My Library (lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain