Laporan Penelitian
Strategi dan Media Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri Inklusi Kota Pekalongan
Pendidikan karakter yang diterapkan SDN Inklusi Kota Pekalongan mengacu pada 18 nilai-nilai karakter sebagai upaya pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat diknas, sejak tahun 2011 yang meliputi : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab. Pelaksanaan pendidikan karakter tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan lingkungan, pembiasaan dan pembelajaran di SDN Inklusi Kota Pekalongan. Pelaksanaan pendidikan karakter di SDN inklusi kota Pekalongan berdasarkan tiga hal, yaitu : pertama, integrasi fisik , yaitu menempatkan peserta didik berkebutuhan khusus pada satu tempat pembelajaran dengan peserta didik regular. Kedua, integrasi sosial, yaitu peserta didik regular dan berkebutuhan khusus mendapat perlakuan sama. Ketiga, Integrasi pembelajaran,kurikulum untuk peserta didik regular dan berkebutuhan khusus adalah sama. Penerapan strategi di SD Negeri Inklusi Pekalongan menggunakan 3 model pembelajaran, meliputi : Pertama ; Two-Teacher yang dapat diartikan bahwa SD Negeri Inklusi Kota Pekalongan telah mempunyai guru pendamping khusus (GPK) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK), meskipun posisi GPK tidak selalu berada disamping ABK , GPK yang dimaksud disini adalah guru yang diangkat sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus walaupun kompetensi yang dimiliki guru tersebut bukanlah pada bidang anak berkebutuhan khusus. Kedua, Full inclusion. Maksudnya adalah bahwa pembelajaran di SD Negeri Inklusi Pekalongan menyatukan antara peserta didik regular dan peserta didik berkebutuahn khusus. Begitu pula dengan strategi yang dipakai oleh pendidik. Untuk grahita ringan cenderung pada pengulangan materi dan pengulangan pembiasaan dalam hal berperilaku yang lebih ekstra. Sedangkan untuk peserta didik berkebutuhan khusus kategori yang lebih berat misalnya kategori tuna daksa, wicara dan rungu lebih pada pemberian contoh dan pembiasaan. Ketiga, Rejection of inclusion. Maksudnya adalah penyatuan peserta didik berkebutuhan khusus dalam satu kelas untuk melakukan pendalaman-pendalaman materi pembelajaran yang tertinggal, karena bagaimanapun mereka masih lamban dalam penangkapan materi-materi yang diajarkan.
18LP180044.00 | LP 18.044 MUF s | My Library (lantai 3, Laporan Penelitian) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain