SKRIPSI IAT
Penentang Nabi Dalam Al-Qur'an (Studi Kisah Abu Lahar)
Al-Qur’an adalah kitab suci dan sumber sejarah yang memuat banyak kisah para Nabi dan tokoh masa lalu, dalam penelitian ini kisah yang menjadi objek penelitian adalah kisah penentangan Abū Lahab terhadap Nabi Muhammad sa dalam surat al-Masad, padahal Abū Lahab dan Nabi Muhammad saw mempunyai hubungan sebagai paman dan keponakan. Sedangkan praktiknya di masa sekarang khususnya di Indonesia muncul Nabi palsu merupakan permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi penelitian ini berusaha mengungkap persoalan Abū Lahab menentang Nabi Muhammad saw dengan bentuk dan motifnya kemudian dampak dari penentangan itu dan mengkontekstualisasikan penentangan Abū Lahab di era kontemporer dengan metode tafsir tematik dan pendekatan sejarah.
Setelah melakukan penelitian penulis berkesimpulan. Pertama, bentuk dan motif Abū Lahab menentang Nabi Muhammad saw sebagaimana ia memutuskan tali pertunangan anaknya dengan dua putri Nabi Muhammad saw, mendustakan beliau, melemparkan batu, mengganggu ibadah Nabi saw, menghasut, mengancam, menekan, dan menyerang orang-orang Islam serta menggodanya supaya keluar dari agama Islam, pemboikotan dan blokade ekonomi terhadap keluarga besar Nabi saw, dan berusaha menghabisi Nabi Muhammad saw. Sedangkan motif yang melatarbelakangi mereka menentang Nabi saw adalah mereka mempunyai motif agama yang di dukung dengan motif ekonomi dan motif sosial-politik serta bertujuan untuk memperoleh kedudukan dan kemasyhuran di mata masyarakat supaya eksistensinya tetap terjaga dengan baik.
Kedua, Adapun dampak dari penentangan Abū Lahab terhadap Nabi Muhammad saw di atas sangat memengaruhi mental Nabi saw dan umat Islam pada waktu itu, seperti kesedihan yang dialami oleh kedua putri Nabi saw, orang-orang miskin atau budak dan orang-orang yang sudah masuk agama Islam merasa sangat tertekan, serta hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah merupakan dampak dari puncak penentangan Abū Lahab sebab mereka berusaha membunuh Nabi saw. Namun dari dampak tersebut tersirat banyak hikmah tersendiri bagi Nabi Muhammad saw dan umat Islam.
Ketiga, Kontekstualisasi penentangan Abū Lahab di era kontemporer muncul dengan wajah baru yang jelas-jelas kafir dan sesat. Sosok Abū Lahab tak lain merupakan model bagi orang-orang zaman sekarang yang berperilaku dan berpikir seperti dia, hal ini dapat dijadikan sebagai barometer sikap penentangan
xii
terhadap agama Islam di era kontemporer dengan bermacam bentuk dan motif serta tujuan tersendiri. Pada intinya hanya ingin memalingkan manusia dari jalan Allah dan melemahkan agama Islam seperti munculnya Nabi palsu di Indonesia merupakan kontekstualisasi Abū Lahab di masa sekarang. Sebab dari sikap mereka tidak lain seperti sikap Abū Lahab terhadap pengikut Nabi saw yakni menghasut orang yang sudah masuk Islam untuk meninggalkan agama Islam atau murtad. Sikap ini dipraktikkan oleh Nabi palsu yang telah penulis sebutkan di muka, mereka mengatakan pengakuannya sebagai Nabi pengganti Nabi Muhammad saw dan sebagai Nabi terpilih setelah Nabi Muhammad saw dengan mengubah syahadat, tidak mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan salat lima waktu dan salat Jum’at, serta mengubah tata cara beribadah dalam salat berjamaah yakni imam dan makmum saling bersahutan. Adapula yang membuat kitab suci sendiri untuk pedoman bagi penganut (aliran) mereka.
Bila mereka tidak bertaubat dan kembali kejalan yang lurus dan benar, maka akan mendapat kebinasaan di dunia dan di akhirat sebagaimana yang telah diterima oleh Abū Lahab dan istrinya seperti yang tersurat dalam surat al-Masad sebab surat tersebut dinilai bersifat mutasyābihāt maka isi yang terdapat dalam surat tersebut tidak hanya berlaku bagi Abū Lahab dan istrinya saja, akan tetapi bisa terjadi kepada siapa saja yang bersikap seperti Abū Lahab.
18SK1831005.00 | SK IAT 18.005 IMA p | My Library (Lantai 3, Ruang Skripsi dan Tesis) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain