TESIS PAI
Pemikiran Pendidikan Humanistik Menurut Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Pendidikan humanistik sangat menghormati harkat dan martabat manusia, oleh sebab itu dalam pendidikan humanistik anak didik diberi kebebasan untuk mengembangkan diri secara penuh. Akan tetapi, dalam praktik pendidikan anak didik sering kali diposisikan sebagai objek, dimana pendidik mendominasi proses pembelajaran dengan bercerita, ceramah sementara anak didik dengan patuh mendengarkan. Anak didik tak ubahnya seperti “gelas kosong” yang siap diisi apa saja dan kapan saja oleh pendidik. Dalam praktik pendidikan yang seperti itu, sesungguhnya telah terjadi dehumanisasi, sebab anak didik telah tercerabut haknya sebagai manusia yang memiliki kebebasan untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat yang dimilikinya. Permasalahan tersebut telah dijawab oleh Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara sebagai tokoh yang mengusung pendidikan humanis. Selain itu, pendidikan humanis juga ditemukan dalam konsep pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan pada terbentuknya satu pribadi seutuhnya, yang sadar akan dirinya sendiri selaku hamba Allah, dan
kesadaran selaku anggota masyarakat yang harus memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakat. Dengan demikian, mendialogkan pendidikan humanistik yang digagas Ki Hajar Dewantara dan N.Driyarkara dengan pendidikan Islam merupakan signifikansi penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; Apa hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara?. Bagaimana pemikiran pendidikan humanistik menurut Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara?.
Bagaimana kontekstualisasi pemikiran pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara dalam perspektif pendidikan Islam?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi pustaka dengan pendekatan historis faktual-filosofis, yaitu pendekatan untuk menelaah pemikrian pendidikan Ki Hajar Dewantara dan N.Driyarkara melalui kaca mata filsafat. Analisis data penelitian ini menggunakan metode hermeneutiknya Gadamer. Hermeneutika berusaha menggali makna dengan mempertimbangkan horison-horison (cakrawala) yang melingkupi teks tersebut. Horison yang dimaksud adalah horison teks, pengarang, dan pembaca. Dengan memperhatikan ketiga
horison tersebut diharapkan suatu upaya pemahaman atau penafsiran menjadi kegiatan rekonstruksi dan reproduksi makna teks.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara
berpendapat bahwa anak didik adalah subyek sekaligus obyek dalam proses pendidikan. Anak didik harus diberikan kebebasan untuk mencari pengetahuan sendiri dalam rangka mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan, membimbing anak didik. Metode pendidikan harus mengutamakan cara-cara kasih sayang. Ki Hajar Dewantara dengan metode among, sementara Driyarkara dengan landasan cinta-kasih seperti kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Pemikiran pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara bersifat teoritis-praktis dan lebih
bersifat sekuler, sedangkan pemikiran humanistik Driyarakara lebih bersifat filosofis-universal namun religius. Sementara itu, dalam pendidikan Islam humanisme dipahami sebagai suatu konsep dasar kemanusiaan yang tidak berdiri dalam posisi bebas, akan makna atau penjabaran arti memanusiakan manusia selalu terkait secara teologis.
18TS1852025.00 | TS Pps.PAI 18.025 ROD p | My Library (Lantai 3, Ruang Skripsi dan Tesis) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain