BUKU
Kamus Kedokteran Nuria Indonesia Arab
Dunia kedokteran dari tahun ke tahun semakin diminati. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, banyak kampus yang berlomba-lomba membuka fakultas kedokteran. Apalagi fakultas ini biasanya mempunyai nilai jual yang tinggi bagi para lulusannya.
Makanya, untuk bisa menjadi dokter yang andal dan berkompeten di bidang spesialisnya masing-masing, tentu membutuhkan banyak referensi yang harus dibaca. Salah satunya kamus spesialis kedokteran berbahasa Arab yang memuat istilah-istilah kedokteran.
Mengapa kamus kedokteran berbahasa Arab? Untuk bisa menjawabnya, coba kita lihat sejarah perkembangan kedokteran Islam masa lalu. Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah berkembang pesat di Timur Tengah. Perkembangan kedokteran Islam saat itu melalui periode pasang-surut.
Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun dari Diansti Abbasiyah mendorong para sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur penting ke dalam bahasa Arab. Agar mereka tertarik, Khalifah menawarkan bayaran yang sangat tinggi, berupa emas, bagi para sarjana yang bersedia untuk menerjemahkan karya-karya kuno. Mereka adalah Jurjis Ibn-Bakhtisliu, Yuhanna Ibn Masawaya, serta Hunain Ibn Ishak ikut menerjemahkan literatur kuno tersebut.
Selanjutnya proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan ke-8 M membuahkan hasil. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah rumah sakit besar berdiri. Pada masa ini, rumah sakit tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran hingga sekarang.
Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah Jindi Shapur. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Untuk pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik sehingga melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi (Razes), Al-Zahrawi (Abulcasis), Ibnu-Sina (Avicenna), Ibnu-Rushd (Averroes), Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Sayangnya, setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi dan perlahan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.
Setelah membaca kisah di atas, tentunya para akademisi maupun praktisi yang bergelut di bidang kedokteran semakin tertantang untuk memperdalam ilmunya. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, para akademisi dan praktisi setidaknya bisa membaca istilah-istilah kedokteran di kamus Nuria.
Kamus kedokteran pertama di Indonesia yang dikarang oleh Dr. H. R. Taufiqurrochman, MA ini menggunakan model ala kitab Ta’rifaat al-Jurnani dengan beberapa keistimewaannya. Pertama, kamus ini berbahasa Indonesia-Arab dan Arab-Indonesia dengan jumlah kosakata sebanyak 10.800. Kedua, sistem penyusunan lema kamus berupa Artikulatif (an-Nuthqi) tanpa melihat akar kata sehingga mudah dalam pencarian kata. Ketiga, kamus dilengkapi dengan masing-masing istilah kedokteran seperti kamus bahasa Indonesia populer. Tentunya hal ini menjadi nilai plus untuk membantu lebih mendalam memahami kedokteran.
Betapa istimewanya kamus Nuria karangan Dr. H. R. Taufiqurrochman, MA ini. Sehingga para akademisi dan praktisi di bidang kedokteran amat sangat sayang kalau tidak membacanya. Selamat membaca!!!
16TD160805.00 | TD 610.3 TAU k | My Library (lantai 2, Tandon) | Tersedia |
16RF160804.01 | RF 610.3 TAU k C.1 | My Library (Lantai 3,,Referensi) | Tersedia |
16RF160804.02 | RF 610.3 TAU k C.2 | My Library (Lantai 3,,Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain