BUKU
Kebangkitan Hadits di Nusantara
Perkembangan pemikiran hadits di nusantara, tidak terlepas dari perkembangan hubungan antara muslim Nusantara dengan pusat pendidikan Islam yang ada di Haramain. Abab 17-18 merupakan masa yang paling dinamis dalam sejarah social intelektual kaum muslimim. Hal ini didukung dengan semakin kuatnya semangat baru keagamaan di sebagaian besar masyarakat nusantara, khususnya Jawa dan Sumatera, akibat dibukanya terusan suez pada tahun 1869 M. Bertambahnya pengetahuan umat Islam Nusantara terhadap praktik ritual dan doktrin pembaharuan, tidak hanya menyebabkan watak ke-Islaman yang lebih toleran tetapi juga lebih seirama dengan watak Islam Timur Tengah. Revitalisasi ajaran Nabi Muhammad SAW yang sudah berlangsung sejak paruh kedua abad ke 17 terus berkembang seiring dengan masuknya gagasan pembaharuan (modernisasi) yang menekankan kembali kepada alQuran dan hadits sebagai sumber ajaran Islam. Kajian hadis di Indonesia sampai awal abad XX masih langka dantermarjinalkan. Howard M. Federspiel menyimpulkan, pada masa imperialisme Belanda, materi hadits di Indonesia masih sebagai bagian dari kajian fikih, bukan kajian hadits tersendiri. Buku ini mengupas kebangkitan hadis nusantara dalam lima bab pembahahasan. Bab pertama berupa pendahuluan meliputi permasalahan, kerangka teori, metodologi dan penelitian. Bab kedua mengenai membumikan al Quran dan al hadits meliputi hadits menjadi perhatian, antara nusantara dan haramain, dan ulama berpengaruh. Bab ketiga membahas mengenai perkembangan pembelajaran hadis di Nusantara, meliputi hadis di Nusantara abab XVII-XVIII, hadis nusantara abad XIX-XX, tokoh dan kreatifitas ulama, pembelajaran hadis di nusantara, kitab hadis karya al-Tarmasi, materi hadis yang diajarkan dan metode pengajaran. Bab keempat mengenai perkembangan hadits di ranah Indonesia. Bab terakhir berisi simpulan. Referensi dalam buku ini disajikan per bab.
16TD160665.00 | TD 2X2.9598 Muh k | My Library (lantai 2, Tandon) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain