SKRIPSI IAT
Konsep Tabarruj Jahiliyyah Dalam Al-Qur'an (Studi Komparatif Penafsiran Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'di Dan Sayyid Quthb)
Skripsi ini merupakan penelitian yang membandingkan suatu konsep Tabarruj Jāhilīyyah dengan menggunakan penafsiran Syaikh Abdurrahman bin Nashir As- Sa’di dan penafsiran Sayyid Quthb didalam QS. Al-Ahzab ayat 33. yang berisi tentang makna Tabarruj dan makna Jāhilīyyah sesuai dengan pemahaman kedua mufassir tersebut. Makna Tabarruj Jāhilīyyah mengalami perkembangan makna mengikuti perkembangan zaman hingga saat ini yang disebut dengan zaman modern. Di zaman sekarang ini model-model Tabarruj semakin merajalela dikalangan wanita muslim baik itu dalam berpakaian ataupun dalam berhias. Oleh karena itu dalam skripsi ini akan dibahas mengenai makna Tabarruj Jāhilīyyah di zaman Syaikh Abdurrahman as- Sa’di dan Sayyid Quthb. Permasalahan yang akan dibahas yaitu bagaimana penafsiran Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di dalam memaknai Tabarruj Jāhilīyyah yang terdalam dalam QS. Al-Ahzab ayat 33 dan bagaimana penafsiran Sayyid Quthb menafsirkan Tabarruj Jāhilīyyah yang terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 33. Kemudian pembahasan intinya terletak pada bagaimana persamaan dan perbedaan kedua penafsiran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai makna Tabarruj Jāhilīyyah yang terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 33 dan meluruskan pemahaman pembaca mengenai makna Tabarruj Jāhilīyyah yang mulai sekarang sudah tidak dihiraukan lagi. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan tafsir muqaran. Penelitian ini tergolong kedalam penelitian library research, data yang dikumpulkan dengan mengutip, menyadur, dan menganalisis dengan menggunakan teknik analisis muqaran yang merupakan teknik yang digunakan untuk membending dua hal dalam skripsi ini yaitu membandingkan kedua mufassir yang memiliki perbedaan pendapat. Kemudian akan ditarik kesimpulan mengenai alasan terjadinya perbedaan pendapat dari dua mufassir. Hasil dari penelitian ini adalah Tabarruj Jāhilīyyah menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di adalah beliau melarang seorang perempuan melakukan Tabarruj Jāhilīyyah sebab larangan tersebut dimaksudkan untuk mencagah keburukan yang bisa saja terjadi. Sedangkan Tabarruj Jāhilīyyah menurut Sayyid Quthb adalah perilaku seorang wanita yang keluar rumah dengan berhias menor, berjalan lenggak-lenggok dan genit didepan laki-laki, memakai jilbab tetapi tidak diikat sehingga kalung, anting dan lehernya terlihat, berjalan ditengah laki-laki dengan memperlihatkan dadanya yang tidak ditutupi kadangkala rambutnya terlihat seperti punuk unta seperti perilaku para wanita Jāhilīyyah yang dimana masa Jāhilīyyah tersebut bisa terjadi kapan saja baik itu di masa lalu, masa sekarang ataupun di masa depan. Hasil dari perbandingan penafsiran tersebut adalah terletak pada cara mereka menuliskan kitab tafsirnya. Mereka hidup di zaman yang sama namun memiliki perbedaan dalam Metode yang digunakan untuk menafsirkan Al-Qur’an. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di menggunakan metode Ijmali dengan corak penafsiran tafsir bil ma tsur, sedangkan Sayyid Quthb menggunakan metode Tahlili dengan corak tafsir bil ra yi. Hasilnya Penafsiran Sayyid Quthb memiliki makna yang lebih modern sebab penafsiran beliau lebih mengikuti perkembangan zaman modern. Namun alangkah lebih baiknya kita tetap menggunakan penafsiran keduanya sebagai acuan kita dalam menjalankan hidup di zaman yang semakin modern agar tetap terjaga nilai-nilai moral dalam diri kita.
24SK2431072.00 | SK IAT 24.072 AFI k | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain