SKRIPSI KPI
Paradigma Dakwah Kultural: Konsep Idealitas Kesetiaan Perempuan Pada Karakter Pewayangan Dewi Anggreaeni Dalam Dakwah Sunan Kalijaga
Seni dalam Islam memang multitafsir posisinya, ada yang pro dan ada yang kontra, kesenian pada dasarnya dapat dimanfaatkan secara baik seperti untuk menyebarkan agama Islam. Faktanya di Indonesia seni justru menjadi media penyebaran agama Islam hal itu sesuai dengan bukti-bukti Wali Songo yang sukses menyebarkan agama Islam dengan menggunakan metode kesenian, khususnya Sunan Kalijaga. Objek peneliti kali ini yaitu Lakon Dewi Anggreaeni yang dibuat Sunan Kalijaga sebagai idealitas karakter seorang istri yang sangat setia terhadap suaminya, serta tidak tergoda oleh laki-laki manapun sekalipun itu adalah Arjuna yang mempunyai kuasa, tahta, harta dan rupa yang menawan. Maka disini peneliti ingin mengetahui bagaimana kontruksi dari karakter Wayang Dewi Anggreaeni dalam dakwah Sunan Kalijaga, karena dari itu Sunan Kalijaga dapat memaparkan idealitas kesetiaan perempuan. Penelitian ini mengkaji paradigma dakwah kultural melalui konsep idealitas kesetiaan perempuan yang diwakili oleh karakter pewayangan Dewi Anggraeni dalam dakwah Sunan Kalijaga. Dalam konteks budaya Jawa, pewayangan merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan keagamaan. Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, dikenal menggunakan pendekatan ini untuk menyebarkan ajaran Islam. Dewi Anggraeni, tokoh dalam cerita pewayangan, diangkat sebagai simbol kesetiaan dan keteguhan perempuan dalam menjalankan perannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana nilai-nilai kesetiaan yang tercermin dalam karakter Dewi Anggraeni dapat digunakan sebagai alat dakwah yang relevan dan efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif, melalui studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter Dewi Anggraeni mengandung nilai-nilai yang dapat memperkuat dakwah Islam, khususnya dalam mengangkat peran dan kontribusi perempuan dalam masyarakat. Melalui pendekatan kultural ini, dakwah dapat lebih mudah diterima dan diapresiasi oleh masyarakat yang memiliki akar budaya kuat, seperti masyarakat Jawa.
24SK2434152.00 | SK KPI 24.152 FAI p | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain