TESIS PAI
Relevansi Pemikiran Imam Al Ghozali Terkait Kesehatan Mental Dalam Pendidikan Islam
Gangguan kesehatan mental yang menimpa manusia, disebabkan oleh
struktur jasmani yang lemah, permasalahan dalam batin yang tidak segera
mendapatkan solusi yang tepat, lingkungan yang tidak mendukung. Sampel dari
gangguan mental yaitu kecemasan berlebihan, pesismis, marah berlebihan, dendam,
iri, dengki, takabur, dan kufur. Maka dari itu pendidikan mempunyai peranan penting
dan tepat guna untuk mengantisipasi gangguan mental. Fenomena gangguan mental
dilihat dari ilmu agama Islam yaitu penyakit mental yang sering menyarang manusia,
seperti sifat sombong, sifat riya’, kufur, frustasi, dan dengki.
Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisa konsep kesehatan mental yang
telah diformulasikan Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad Al Ghozali
Ath Thusi Asy Syafi’I dan menganalisa relevansi pemikirannya tentang kesehatan
mental, yang dikontekstualisasikan dalam pendidikan Islam. Dalam penelitian ini
menggunakan pedekatan kualitatif kepustakaan, yang terfokus dengan teknik
interpretative-hermeneutika, yaitu menginterpretasikan teks yang ada dalam kitab
Ihya’ ulumu ad diin, karya dari Hujatu al Islam Imam Abu Hamid bin Muhammad
bin Muhammad Al Ghozali Ath Thusi Asy Syafi’i. Sumber data yang dijadikan
basisnya yaitu data primer, data sekunder, dan data tersier. Teknik pengumpulan data
dengan menghimpun literatur yang berkaitan dengan tema, mengkalsifikasi sumber,
mengutip data-data yang sepesifikiasi dalam penelitian lengkap dengan sumbernya,
dan mengkelompokan data berdasarkan sistematika penelitian.
Konsep tauhid sangat relevan dengan tujuan dari pendidikan yaitu membentuk
peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah ta’ala, tawakal mempunyai
relevansi dengan pendidikan, karena tujuan dari pendidikan yaitu mewujudkan
peserta didik yang berilmu dan kreatif, ilmu dan kreatif tidak mungkin diaplikasikan
tanpa adanya jiwa yang tanang dan pikiran yang jernih, relevansi sikap sabar dan
syukur dalam pendidikan yaitu dapat dilihat dari manfaat sikap sabar yang dapat
mencetak peserta didik yang memiliki moral, tujuan pendidikan yaitu membentuk
akhlak yang mulia, peserta didik yang melakukan tobat hatinya jernih dan bercahaya
kembali, dengan hati yang bercahaya membuka lebar-lebar pintu pengembangan
potensi, tujuan dari pada pendidikan yaitu menyadarkan peserta didik akan potensi-
potensinya yang masih terkubur, potensi yang masih samar.
Relevansi kesehatan mental tersebut dengan pendidikan Islam yaitu
mambangun manusia seutuhnya yang memiliki kapasitas intelektual yang memadahi,
dengan tidak melupakan kondisi kesehatan mentalnya.
23TS2352077.00 | TS P.PAI 23.077 FAT r | My Library (Lt 3. Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain